Sabtu, 01 Agustus 2015

Sang Malam

Kemarin
Kulihat bulan tersenyum cerah
Semilir angin tertawa renyah
Bintang-bintang berkilap indah
Semesta seakan berbahagia
Namun aku hanyalah sang malam
Berteman sepi
Berkawan kelam
Mengawang tak berpegangan
Terbuang tak tahu arah
Mimpi adalah realitaku
Dan imaji penguatku
Jikalau cahaya sudi menyambangiku
Niscaya itulah nirwana dalam hidupku


Kamis, 30 Juli 2015

Tak Berjudul

Suasana menjadi dingin
Penuh kabut menutupi
Sang malam tengah berdiri
Tanpa sang bulan menemani
Ku berdiri di dermaga ini
Menatap danau sendiri
Terhempas dalam air
Ku tenggelam
Jauh kedalam
Sepi menemani
Dan pekat mengiringi

Selasa, 21 Juli 2015

Senja Temaram

Kita ibarat dua benda langit penghias angkasa 
Berjuang menyinari dunia sendirian 
Kau matahari dan aku rembulan
Hidup dalam ruang waktu berbeda 
Rindu di dada seraya mengoyak jiwa Menyisakan luka tak terlihat 
Hanya di kala senja temaram ku dapat melihat mu
Sepanjang waktu mencintaimu 
Dan di kala fajar benderang ku dapat mengenang mu
Aku hidup karna sinar mu
Engkau yang selalu mengisi ribuan doa di sujudku
Yang memenuhi seluruh hatiku 
Dan seluruh pengharapan dalam hidupku

Jumat, 06 Februari 2015

Soreku

   Sekarangku tengah terduduk di luar coffee shop yang cukup tersohor di negeriku, hujan membasahi tanah, menguarkan aroma khas. Kendaraan lalu lalang di jalan, nampaknya hujan tak menjadi penggangu. Ku hirup dalam-dalam wangi khas hujan yang membasahi tanah ini sebelum menyesap secangkir kopi yang ada di hadapanku ini. 

  Uap dari cangkir itu berdansa dengan udara dingin di sekitarku. Warna kelabu mendominasi sore yang terasa sepi ini. Beginilah caraku tuk habiskan sore di temani kesendirian yang jadi bagian yang tak terlepaskan dari diriku, sayup-sayupku dengar alunan lagu give me love dari Ed Sheeran menyatu dengan keheningan ini. 


 Sesungguhnya banyak sekali orang di coffee shop ini, namun itu semua tidak memecahkan keheningan yang menyelimutiku. Air hujan membiaskan cahaya kendaraan-kendaraan di jalan, membentuk cahaya pendar berwana-warni menghiasi petang ini. 


 Gemericik air yang menyentuh tanah serasa menyayat hati. Kembali kuhirup aroma kesukaanku, aroma hujan, sebelum akhirnya meneguk kembali kopi yang ada di cangkir putih itu.

     Aku hanya bisa duduk terpaku berteman dengan fikiran sederhana ini dalam hidupku. Hidup yang sekiranya terlalu biasa bagi mereka-mereka di luar sana. Aku selalu bersyukur atas apa yang telah tuhan berikan kepadaku, contohnya sore ini, sore yang begitu sederhana namun sungguh berarti bagiku.

Rabu, 28 Januari 2015

Dalam Lamunanku

Kalau boleh ku berlari
Ku memilih tak kembali
Hidupku penuh imaji
Tanpa realita mengobati
Disini ku menatap torehan ilmu penuh janji
Dengan pijakan seutas tali
Ku pikul harapan mereka di atas hati
Berusaha menerjang hujan yang menerpa diri
Mungkin esok kabut menutupi
Mungkin esok mentari menyinari
Atau mendung yang menemani
Tapi tetapkan ku jalani 
Kehidupan penuh misteri ini
Karena di ujung nanti
Taman bunga bermekaran menanti

Karya : Rahmi Gusvani (Vani)

Senin, 04 Agustus 2014

Untitled 2

Sekitar ku nampak mengabu
lalu berlari meninggalkan ku
menyisakan pemandangan tak menentu
terlalu kabur dan menggangu
mereka berakhir menghilang tak menau
seraya tertarik ke suatu waktu,
tersisa aku mematung terbelenggu,
terbelenggu seolah tak mampu,
tak mampu tuk menyusuri ruang dan waktu 
yang berhasil meleka lampui
ku pejamkan kedua mata ini
ku hirup udara dingin yang mampu membekukan hati
dalam-dalam demi mengisi kekosongan ini

Teringat wajah mu
engkau yang selalu ku tuju
engkau yang ku puja dan berakar menahun di hati ku
engkau yang selalu mengisi ribuan doa dalam sujud ku
engkau pula yang selalu melangkah menjauh,
menjauh dari ku,
dari ku yang tak akan pernah mampu menjadi apa yang engkau mau
kau telah terenggut
dan selamanya senyum mu,
kan ku kenang dalam hidup ku

Karya : Rahmi Gusvani (Vani)

Minggu, 04 Desember 2011

Rahmi Gusvani - Untitled

Ku coba menatap binar di dalam mata itu
Namun yang kudapat hanya kekosongan yang telah membeku
Tidak ada binar di sana 
Tidak ada cahaya yang nampak

Ku coba menyelami hati itu
Namun apa daya hati itu bagaikan samudera tak berujung
Yang kudapati masih kekeliruan
Nyata untuk dilihat tapi takdapat di gambarkan

Jauh sebelumnya ku coba meraih kalbunya
Nihil yang berkata
Terduduk aku terpaku 
Apa yang terjadi wahai merpati

Hendaklah jadikan aku sandaran hati 
Tak pernahkah kau tahu 
Selalu ada pelangi
Setalah badai terarungi 

Karya : Rahmi Gusvani (Vani)